Jumat, 15 Juli 2022

Review Film Ranah 3 Warna (2022)

Oleh : Ahmad Amirul Sir

Film Ranah 3 Warna (2022) merupakan film yang diadopsi dari novel Ahmad Fuadi yang terbit pada Januari 2011 dengan judul yang sama. Film ini awalnya dijadwalkan akan rilis pada 2020, namun sayangnya diundur karena alasan pandemi COVID-19. Film ini tayang perdana secara terbatas pada 18 November 2021 dalam Jakarta Film Week sebagai film pembuka dan tayang di bioskop pada 30 Juni 2022.

Film ini diproduksi oleh MNC Pictures dan digarap oleh sutradara kenamaan Guntur Soeharjanto dan produser Widya Wardhani Ichram. Film ini diperankan oleh banyak artis muda kenamaan, seperti Arbani Yasiz, Teuku Rassya, Amanda Rawles, hingga Raim Laode. Sinopsis film ini dapat kamu akses disini.

Film Ranah 3 Warna ini perlu mendapat apresiasi dalam beberapa aspek, seperti lokasi syuting yang sangat mempesona. Mulai dari kampung halaman Alif di Maninjau, Yordania, hingga Quebec (Kanada). Terlebih dengan sudut pengambilan kamera yang pas dengan panorama alam lokasi syuting. Plot drama yang dibangun juga tidak terlalu monoton, namun juga tidak didramatisir. Sehingga, mampu membuat penonton terhanyut bersama jatuh-bangkit Alif dalam film.

Film ini membungkus dua buah 'mantra' istimewa yang didapatkan oleh Alif dari Ustadz-nya di pesantren, yaitu Man Jadda Wajada (من جد وجد) dan Man Shabara Zhafira (من صبر ظفير). Namun, kedua 'mantra' ini dimunculkan teramat sering dalam film, sehingga kurang halus dan menimbulkan kesan terlalu menggurui. Film ini juga dibangun dengan latar Minangkabau yang sangat kuat. Mulai dari pentas budaya oleh Raisa yang menampilkan Tari Piring dari Minangkabau, hingga bahasa yang digunakan Alif dan Randai.

Dengan latar tersebut, sehingga logat dan bahasa Minang sangat kental dalam film ini. Oleh karena itu, pemeran dituntut untuk menguasai bahasa tersebut. Bukan hanya bahasa Minang, tetapi juga bahasa Arab, Inggris, hingga Prancis. Hal ini yang jarang didapati penonton, bahkan dalam film Ngeri Ngeri Sedap (2022) yang bisa dibilang kental budaya Batak. Dalam hal pendalaman karakter, artis artis yang terlibat sebagai pemeran dalam film ini dapat dianggap berhasil mendalami karakter masing-masing, sehingga karakter yang dibawakan terlihat natural dan mulus, terlebih dengan penguasaan bahasa dan logat Minang yang cukup baik.

O ya, film yang sarat akan motivasi hidup ini juga dibumbui dengan kisah romansa yang dikemas dengan cukup baik, sehingga tidak merusak pesan yang ingin disampaikan. Sehingga membuat penonton muda gregetan. Istilah 'Ranah 3 Warna' yang menjadi judul film ini merujuk pada tanah yang dijejaki Alif dengan sepatu pemberian ayahnya, yaitu Bandung, Yordania, dan Quebec (Kanada). Sayangnya, scene ketika sepatu Alif menjejaki Quebec, tidak dimunculkan. Sehingga, pendalaman scene ini kurang dalam. 

Film ini mengajarkan banyak nilai kebaikan dan inspiratif. Bahwa hidup tidak selamanya berjalan mulus, sehingga harus dilalui dengan sabar dengan segala jatuh-bangkit yang ada. Selain itu, film ini juga mengajarkan untuk beradaptasi dengan lingkungan perantauan. Bahwa anak perantauan terkadang memendam perasaannya, terlebih ketika dalam hidup di perantauan hendak menyerah, kembali ke kampung halaman, hidup sederhana dan melupakan mimpi. Tetapi dengan merantau, perasaan rindu menjadi sangat bermakna.

0 komentar:

Posting Komentar