Sejak di jenjang sekolah dasar, kita diajarkan bahwa manusia memiliki kebutuhan yang terbagi menjadi tiga jenis, yaitu primer, sekunder, dan tersier. Kebutuhan primer adalah kebutuhan utama manusia yang jika kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka seorang individu akan kesulitan menjalani hidupnya. Kebutuhan primer sebagaimana yang dimaksud adalah sandang (pakaian), pangan (makanan), dan papan (tempat tinggal).
Sedangkan kebutuhan sekunder adalah kebutuhan prioritas kedua individu yang bertujuan untuk melengkapi kebahagiaan manusia. Kebutuhan sekunder sebagaimana yang dimaksud seperti mesin cuci, gawai, dan peralatan elektronik lainnya. Adapun kebutuhan sekunder adalah kebutuhan prioritas ketiga seorang individu. Kebutuhan tersier sebagaimana yang dimaksud adalah seperti barang-barang mewah, liburan ke luar negeri, dan sebagainya.
Tapi, tahukah kamu jika kebutuhan manusia dapat dibagi tidak hanya seperti diatas? Perkenalkan Abraham Maslow (1908-1970), seorang psikolog yang menciptakan klasifikasi kebutuhan tersendiri. Abraham Maslow adalah seorang psikolog beraliran humanistik, yaitu aliran psikologi yang membahas tentang manusia seutuhnya yang diperoleh berdasarkan studi terhadap orang-orang sehat dan berfungsi sepenuhnya (full fungtioning) (Schultz & Schultz, 2011).
Dalam Schultz & Schultz (2011) disebutkan bahwa Maslow mengklasifikasikan kebutuhan manusia menjadi 5 tingkat dalam bentuk piramida. Piramida yang kemudian dikenal sebagai piramida kebutuhan Maslow ini bersifat hierarki, sehingga kebutuhan di tingkat lebih tinggi tidak akan aktif jika kebutuhan di tingkat rendah belum terpenuhi. Berikut pembahasan mengenai piramida kebutuhan Maslow.
- Di tingkat paling dasar,
ada kebutuhan fisiologis. Yang termasuk kebutuhan fisiologis ini seperti
kebutuhan akan udara, makan dan minum, pakaian, hingga kebutuhan seksual.
- Di tingkat kedua, ada
kebutuhan rasa aman. Yang termasuk kebutuhan rasa aman ini adalah kebutuhan
akan perlindungan, keamanan, stabilitas, dan terbebas dari rasa takut dan keterancaman.
- Kemudian ada kebutuhan
cinta atau sosial di tingkatan ketiga. Pertemanan, keintiman, kasih sayang dan
sejenisnya termasuk dalam tingkatan ini.
- Di tingkat selanjutnya, ada
kebutuhan harga diri. Contoh dari kebutuhan harga diri seperti prestasi,
kemandirian, prestige, self respect, hingga pengakuan dari orang
lain.
- Di tingkatan paling atas ada kebutuhan aktualisasi diri. Contohnya adalah realisasi potensi diri, pertumbuhan personal, hingga pengalaman puncak.
Menurut Maslow, aktualisasi diri merupakan motivasi dasar yang dimiliki seorang individu sejak lahir. Walaupun setiap individu memiliki cara yang berbeda untuk mengaktualisasikan dirinya, namun sejatinya seorag individu, becoming, terus berkembang dan senantiasa menemukan makna penting bagi diri dan kehidupannya (McLeod, 2014).
Menurutnya, seorang individu yang telah berada di tahap aktualisasi diri
memiliki motivasi untuk mengabdikan diri pada sesuatu diluar dirinya yang ia
sebut metamotivation. Seiring perkembangan waktu, pada 1970-an Maslow
kemudian berpandangan bahwa puncak kebutuhan seorang individu tidak hanya sebatas
pada aktualisasi diri, tetapi transendensi diri (self transendence).
Individu yang mencapai tahap ini akan melampaui batasan personal,
mengidentifikasikan diri dengan sesuatu yang lebih besar dari dirinya, dan mengalami
berbagai pengalaman interpersonal. Gagasan transendensi diri ini kemudian
membawa Maslow mendirikan aliran baru dalam psikologi yang berbeda dari psikologi
humanistik, yaitu psikologi transpersonal (Rahman, 2018).
REFERENSI
McLeod., S.A. (2014). Maslow’s Hierarchy of Needs. Diunduh dari www. simplypsychology.org/maslow.html
Rahman AA. (2018). Sejarah Aliran Psikologi: Dari Klasik Hingga Modern. Depok: Rajawali Press.
Schultz DP & Schultz SE. (2011). A History of Modern Psychology, 10th Edition. Wadsworth, USA.
0 komentar:
Posting Komentar