Oleh : Ahmad Amirul Sir
Ketika dunia diserang “kanker paru-paru”, dan hewan seakan lenyap ditelan pilu, dia hidup dengan semangat mudanya. Namanya Johannis Stephanus, biasa dipanggil John, seorang pemuda berkepala dua yang hidup di daerah terpencil di pinggir hutan. Dia adalah seorang pemuda yang kesehariannya memburu anoa untuk dikonsumsi. Hingga suatu hari, dengan penuh semangat, dia berjalan menuju hutan. Dia sangat yakin bahwa perangkap yang dia pasang sehari sebelumnya, telah berhasil memerangkap seekor anoa.
Namun, dia tak menyadari bahwa seekor anoa mengikutinya dari belakang. Hingga saat itu tiba, anoa tersebut menyundul bokong John, hingga dia terpental sejauh 50 meter. Seketika John tak sadarkan diri. Ketika matanya yang terkatup membuka, dia merasa berada di dalam ruangan berwarna putih polos. Seorang pria bertubuh tinggi, berperawakan besar, berwajah samar dan menggunakan jubah hitam, menghampirinya. John percaya, dia adalah seorang “malaikat maut”. Dengan segera, dia berlutut dan memohon padanya.
“Tolong, jangan cabut nyawa saya ! Tapi, jika kau berkehendak seperti itu, masukkanlah aku ke dalam surga”, ujar John.
“Apa ? Kau ingin minta dimasukkan ke dalam surga ?“, ujarnya sambil tertawa.
“Kau terus menerus melakukan pengerusakan lingkungan dan membunuh hewan-hewan dilindungi, dan kau minta agar dimasukkan ke dalam surga ? Itu mustahil”, sambungnya.
“Kalau begitu, apa yang bisa aku lakukan agar aku bisa hidup kembali ?”, tanya John melobi.
“Kau harus berjanji bahwa engkau harus melakukan segala sesuatu demi keberlangsungan anoa”, jawabnya.
“Ya, aku berjanji dengan bersungguh-sungguh”, sambung John. Tak lama, “malaikat maut” tersebut hilang diterpa cahaya. Karena John ketakutan, John berlari kembali menuju rumahnya. Namun, rumahnya yang berjarak 12 kilometer dari tempatnya tak sadar kan diri tersebut, bisa ditempuh oleh John hanya selama 10 detik. Padahal, biasanya John menempuh waktu selama satu jam perjalanan dengan jarak tempuh yang sama. Bahkan, sebelum mencapai rumahnya, dia menabrak pohon. Namun, pohon itu malah tumbang.
Sesampainya dia di rumahnya, John termenung. Dia baru sadar, bahwa dia memiliki kekuatan super. Dia teringat kembali akan janjinya pada “malaikat maut” itu. Menurutnya, itu adalah “hadiah” yang diberikan oleh “malaikat maut” tersebut untuk melestarikan lingkungan dan menjaga keberlangsungan anoa.
“Aku akan membuktikan bahwa merusak lingkungan dan memburu anoa adalah tindakan yang keliru. Aku akan menepati janjiku”, ujar John.
Semenjak John membulatkan tekadnya, John selalu “menghabisi” para pemburu anoa dengan menyembunyikan identitas aslinya. Tetangga John, Suparno, yang sempat melihat kejadian tersebut, akhirnya merekam sebuah video aksi John. Video itu di-viral-kan ketika Suparno berada di kota, dengan caption “Bubalus Man”. Padahal, Suparno tidak mengetahui bahwa “aktor” dari video yang viral tersebut adalah tetangganya sendiri.
Di Youtube sendiri, video John, sang Bubalus Man, ditonton sebanyak 4.104.000 kali dalam waktu 3 hari. Melihat hal itu, pemburu anoa kelas kakap bernama Josephine Vacquelyn yang biasa dipanggil Josh, geram melihat video viral “Bubalus-Man” tersebut. Pria keturunan Indo-Belanda ini, langsung memberikan perintah kepada asistennya, Viktor dalam bahasa belanda untuk mempersiapkan senjata untuk memburu anoa dan menghabisi Bubalus Man.
“Viktor, bereidt troepen, wapens, en munitie voor, we gaan op anoa en jagen Bubalus Man”, ujarnya.
Ketika malam menjelang, Josh, Viktor, dan anak buahnya tiba di kampung yang terletak di sebelah timur kampung John. Josh membawa 35 orang anak buahnya, 16 pucuk senjata AK-47 berkaliber 50 milimeter beserta 400 biji peluru.
Mendengar kabar bahwa Josh berada di kampung sebelah, John waspada. Ketika fajar menyingsing keesokan harinya, ia pergi ke hutan untuk “berpatroli”. Di hari pertama Josh berburu anoa, sangat banyak anoa yang berkeliaran di hutan, namun tak satu pun tertangkap. Di hari kedua, anoa-anoa yang hari sebelumnya terlihat, hilang entah kemana.
Namun, di hari ketiga, Josh, Viktor dan anak buahnya berhasil menangkap cukup banyak anoa. Anoa terakhir yang akan mereka tangkap adalah anoa jantan dengan tanduk sepanjang 1 meter dan perawakan tubuh yang kekar. Anoa itu sedang diintai oleh salah satu anak buah Josh. Viktor, asisten Josh mengambil alih pengintaian. Dia bersiap menembakkan peluru berkaliber 50 milimeternya ke tubuh anoa itu.
John yang bersembunyi di balik pohon yang letaknya berseberangan dengan Viktor, segera bersiap melindungi anoa itu. Ketika pelatuk senjata itu ditarik, peluru melesat. John dengan penuh tanggung jawab melompat ke arah anoa itu.
Aarrgghh!!
John, sang Bubalus Man, tewas tertembak di tangan Viktor. Setelah kematian sang “Bubalus Man” itu, Josh dan anak buahnya bergembira. Mereka pulang dengan perasaan bangga dan penuh kemenangan serta hewan buruan yang cukup banyak. Jasad John yang terbujur kaku secara perlahan dikerumuni banyak anoa yang selamat dari perburuan Josh.
Tak lama, sepasang anoa jantan menggali lubang menggunakan tanduknya untuk mengubur mayat John. Sedangkan yang lain, menyeret tubuhnya hingga masuk ke dalam lubang tersebut dan menguburnya dengan tanah. Sebelum kematian John, kehidupan anoa di hutan tersebut tentram, aman dan damai karena kehadiran John sebagai penjamin keberlangsungan hidup anoa. Namun, setelah kematian John, entah siapa lagi yang menjamin keberlangsungan kehidupananoa-anoa tersebut. Sesungguhnya, makhluk hidup yang paling baik adalah yang bermanfaat bagi sesama makhluk hidup.
***
Naskah cerpen diatas telah dimuat di Koran Harian Rakyat Sultra edisi tanggal 3 Februari 2020 atas nama penulis. Naskah cerpen dilindungi hak cipta
0 komentar:
Posting Komentar