Film Jalan Yang Jauh Jangan Lupa Pulang (2023) adalah sekuel kedua dari film yang sebelumnya tayang pada 2020 berjudul "Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini". Kedua film ini diangkat dari buku karya Marchella FP. Kedua film ini diproduksi oleh rumah produksi yang sama, yaitu Visinema Production.
Selain itu, kedua film ini digarap oleh sutradara yang sama pula, sutradara kenamaan Indonesia yang juga menggarap film berjudul "Mencuri Raden Saleh" (2022) yang sempat booming beberapa waktu lalu. Sutradara tersebut adalah Angga Dwimas Sasongko. Bukan hanya itu, kedua film ini juga dibuka oleh lagu dari penyanyi yang sama, Kunto Aji. Jika film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (2020) dibuka dengan lagu berjudul Rehat, maka di film Jalan Yang Jauh Jangan Lupa Pulang (2023) dibuka dengan lagu berjudul Saudade.
Di film sebelumnya bercerita tentang kehidupan keluarga Awan (Rachel Amanda) dengan penceritaan yang sangat relate dengan kehidupan penonton. Dalam film tersebut, tokoh Aurora (Sheila Dara) sendiri kurang mendapat sorotan jika dibandingkan dengan adiknya, Awan dan kakaknya, Angkasa (Rio Dewanto). Sedangkan film ini berkisah tentang kehidupan Aurora yang merantau ke London, Inggris, guna mengejar cita-citanya. Ia kemudian harus berjuang keras untuk bisa bertahan hidup di negeri orang dan jauh dari orang tua dan keluarganya. Awan dan Angkasa adalah dua tokoh yang paling disorot dalam film pertama, sehingga eksistensi mereka berlanjut hingga ke sekuel dari film tersebut. Namun, ada kehadiran tokoh baru dalam film ini, mereka adalah Honey (Lutesha), Kit (Jerome Kurnia), dan Jem (Ganindra Bimo). Ketiga orang ini adalah orang-orang terdekat Aurora selama menempuh pendidikan di London.
Film yang rilis pada 2 Februari 2023 ini dimulai dengan pertengkaran hebat antara Aurora dengan kekasihnya bernama Jem. Karena tabiat buruk Jem yang sulit mengendalikan emosi dan cenderung menyalahkan keadaan dan orang lain atas kegagalannya, ia sampai melempar ponsel Aurora hingga rusak, sehingga ia tidak bisa menyelesaikan studinya. Hal tersebut menghalangi Aurora mengurungkan niatnya untuk mengabari keluarganya di Jakarta hingga dua bulan. Hal itu membuat Aurora harus tinggal bersama temannya, Honey yang sudah lama tinggal di sana. Honey memiliki karakter pekerja keras dan sudah dianggap sebagai kakak sendiri oleh Aurora semenjak ia menetap di London. Selain Aurora dan Honey, adapula teman lainnya, yaitu Kit yang merupakan laki-laki keturunan Jerman-Thailand. Sama seperti Honey, Kit merupakan sosok pekerja keras untuk meraih mimpi di London.
Sayangnya, menetap di London membuat Aurora harus jauh dari keluarga. Bahkan, ia sempat hilang kontak dengan keluarganya di Indonesia. Hal ini membuat Angkasa dan Awan memutuskan untuk mencari Aurora ke London. Angkasa dan Awan berfirasat bahwa Aurora sedang dalam kesulitan untuk bertahan hidup di London. Mereka akhirnya berusaha membujuk Aurora untuk kembali ke Indonesia. Namun, Aurora tidak mudah dibujuk.
Angga Dwimas Sasongko sebagai sutradara mengungkapkan, bahwa penonton memang sengaja dibawa untuk mengalami ketidaksepahaman dan menyalahkan Aurora yang tidak memberikan kabar kepada keluarga dan bersimpati kepada Awan dan Angkasa. Namun itu tidak berlangsung lama, sebab penonton akan diajak menangis bersama Aurora dalam beberapa waktu setelahnya. Inisiatif Angga Dwimas Sasongko ini berhasil membawa penonton merasakan apa yang dirasakan Aurora dan menjelajahi perspektif yang dimilikinya.
Selain itu, penataan dan pemilihan musik menjadi penunjang yang sangat baik dalam penceritaan film ini. Hal ini berhasil membuat penonton terbawa emosi dengan adegan dalam film. Sangat wajar jika penataan dan pemilihan musik dalam film ini sangat 'pecah'. Sebab ditangani langsung oleh Abel Huray, seorang penata yang juga menata musik dalam film garapan Angga Dwimas Sasongko lainnya yang berjudul "Mencuri Raden Saleh” (2022). Dari film tersebut, Abel meraih penghargaan Penata Musik Terbaik dalam ajang Festival Film Indonesia tahun 2022.
Film berdurasi 106 menit ini menjadi ajang eksperimen bagi M. Irfan Ramli sebagai penulis skenario dan juga Angga Dwimas Sasongko sebagai sutradara. Kedua insan perfilman Indonesia ini bereksperimen dalam film ini dengan menyuguhkan cerita yang dibagi menjadi beberapa bagian dan alur yang membobol lini waktu. Dengan kata lain, film ini berjalan dengan plot maju-mundur (acak).
Angga Dwimas Sasongko mengungkapkan bahwa hal ini yang membedakan antara film ini dengan film sebelumnya. Ia menjelaskan bahwa jika film “Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini” (2020) berjalan secara acak, namun masih dapat dengan mudah diidentifikasi. Sedangkan film ini berjalan secara acak tanpa ada identifikasi. Hal ini dilakukan karena penonton ingin diajak terlibat dengan tokoh dalam film sepanjang film tersebut berjalan dan tidak perlu memahami lini waktu film. Metode penceritaan inilah yang dicoba oleh Angga Dwimas Sasongko dan M. Irfan Ramli dalam film ini.
Uniknya, film yang mengambil setting di Kota London ini justru tidak kehilangan jati dirinya sebagai film Indonesia, sebab tetap terasa relate dengan kondisi penonton di Indonesia. Kekuatan karakter yang dibangun dengan sangat apik yang berpadu dengan pemeran yang mendalami karakter itu menghasilkan karakter Aurora yang menjadi fokus di sepanjang film. Perantauan Aurora ke London adalah hal yang membuka jati diri sebenarnya dari Aurora. Selain itu, perantauan Aurora juga menjadi jawaban atas makna rumah dan keluarga yang ia cari selama ini.
Film ini mengajarkan kepada kita bahwa setiap orang memiliki keluarganya masing-masing. Keluarga dimaknai sebagai orang-orang yang selalu ada untuk kita, mendukung setiap keputusan yang kita ambil dan menerima kita apa adanya tanpa menuntut sesuatu apapun. Sehingga, belum tentu “keluarga biologis” yang kita miliki bisa kita sebut sebagai keluarga. Selain itu, film ini juga mengajarkan kepada kita bahwa setiap orang memiliki tempat kembali yang disebut rumah. Sebab rumah adalah tempat kita merasa nyaman untuk kembali dan berkumpul dengan orang-orang yang kita sebut sebagai keluarga. Oleh karena itu, rumah “masa kecil” belum tentu kita bisa sebut sebagai rumah.
0 komentar:
Posting Komentar